Never Give Up!

Oleh: Lia Sutandio

Seorang wanita bernama Lovely sedang mengalami suatu kebosanan dengan keadaan dirinya yang mengalami berbagai masalah yang tiada hentinya. Dia mengalami begitu banyak tekanan di perusahaannya. Dia sedang menantikan mujizat untuk hubungannya dengan calon suaminya. Dia juga mengalami masalah dalam keluarganya. Dan semuanya itu seperti tidak ada ujungnya.

Puncaknya, pada suatu hari, Lovely menangis tiada hentinya sepanjang hari itu, tidak bisa konsentrasi dalam mengerjakan segala sesuatunya, mengalami banyak kesalahan, sehingga masalah-masalah kecil pun mulai menambah beban di hati dan pikirannya.

[block:views=similarterms-block_1]

Lovely mengalami kekecewaan yang cukup besar kepada orang-orang di sekitarnya dan (yang paling bahaya) Lovely juga merasa marah karena merasa sangat kecewa dengan Tuhan, yang dianggapnya tidak menyayanginya lagi dan telah berbuat jahat kepadanya.

Lovely benar-benar merasa sangat tertekan, sampai-sampai di dalam hatinya berkata bahwa dia benar-benar mau berserah kepada Tuhan dalam arti bukan percaya tetapi menganggap bahwa dirinya memang diciptakan untuk mengalami hari-hari yang sial sehingga Lovely tidak mau berusaha lagi untuk menjalani masalah-masalahnya itu.

Sampai pada waktu menjelang malam, Lovely membuka Facebook dan membaca status seorang sahabatnya yang bernama Morine, yang kelihatannya sedang kesal. Lovely ingat akan kotbah seorang pendeta yang berkata “jika Anda mengalami masalah dan beban terasa begitu berat, maka sebaiknya Anda mencari orang lain yang sedang mengalami masalah juga dan hiburlah dia, sehingga Anda akan bersyukur karena masalah Anda ternyata tidak lebih berat dari masalah yang dihadapi orang lain”. Oleh karenanya Lovely berniat untuk menghibur sahabatnya ini.

Lovely mulai menyapa sahabatnya ini melalui BlackBerry, singkat cerita Morine hanya mengalami kesal sesaat saja, jadi sebenarnya dia tidak sedang mengalami masalah. Tetapi sebelum Lovely sempat mengakhir pembicaraan itu, Morine bertanya mengenai kabar Lovely dan Lovely pun masih menjawab bahwa dirinya baik-baik saja.

Sebagai sahabat, Morine mengetahui semua masalah yang dihadapi oleh Lovely. Jadi kemudian Morine mempertanyakan kelanjutan dari masalah-masalah yang dialami oleh Lovely, dengan harapan ada kabar baik yang akan didengarnya. Tetapi Lovely menjawab dengan singkat bahwa masalahnya itu semua belum selesai. Morine yang tidak mengetahui kondisi Lovely saat itu, dengan lincahnya berkata bahwa akhir-akhir ini dia sedang gencar-gencarnya mendoakan Lovely agar segera mendapatkan mujizat untuk semua masalahnya itu agar Lovely mengalami kemenangan demi kemenangan.

Lovely sangat terkejut membaca semua perkataan Morine dan Lovely pun menangis tiada henti karena merasa dirinya saja sudah menyerah, tetapi ternyata diketahuinya bahwa sahabatnya telah berdoa untuknya.

Lovely menceritakan keadaannya saat itu dan dia pun meminta maaf karena sebenarnya dia sudah benar-benar lelah dan hendak menyerah. Tetapi Morine terus menguatkan, menghibur, dan memberinya semangat, sehingga akhirnya Lovely berusaha untuk bangkir kembali, walaupun hati masih terasa berat.

Ada berapa banyak dari pembaca saat ini yang sedang mengalami masalah yang bertubi-tubi, yang terlihat hanya jalan buntu untuk masalah itu, dan beban yang terasa begitu berat?

Saat ini kita tidak perlu membicarakan tentang kasih Tuhan atau berkata bahwa Tuhan pasti melihat kesusahan kita, karena ketika kita mengalami masalah, realitanya kita sulit untuk bisa melihat Tuhan itu ada di dekat kita. Tetapi mari kita pikirkan bahwa ada teman, sahabat, saudara, dan tim doa yang mendoakan kita, walaupun mungkin mereka tidak mendoakannya secara spesifik, tetapi ketika mereka berdoa, mereka memiliki iman untuk kita, dan kalau pun mereka tidak ingat untuk mendoakan kita, ketahuilah bahwa Roh Kudus pasti bisa menggerakan hati orang-orang tertentu untuk mendoakan kita.

Lalu, kalau ada orang-orang yang berdoa dan mempunyai iman untuk kita, apakah kita masih ingin menyerah terhadap masalah kita? Kalau ada orang-orang yang turut berteriak memohon jalan keluar untuk masalah kita, apakah kita masih bisa tidak percaya bahwa Tuhan tidak mungkin selamanya acuh terhadap kita?

Bayangkan, seandainya kita berada dalam pertandingan lari, dan di tengah-tengah ketika merasa lelah, ada seseorang yang berusaha memberi kita minum dan turut berlari dengan kita walaupun di luar arena, demi memberikan kita semangat, apakah kita rela berhenti berlari dan memenangkan pertandingan itu? Saya rasa tentu jawaban kita semua adalah tidak. Kecuali jika kita mengalami cedera yang cukup berat dan tidak bisa berlari lagi.

Demikian pula, jika saat ini ada dari para pembaca yang hendak menyerah karena merasa beban terasa begitu berat dan tidak sanggup lagi, selama kita masih belum benar-benar harus berhenti, mari kita melihat bahwa ada perjuangan doa dan iman dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Walau pun mungkin kita tidak melihat secara nyata bahwa ada orang-orang yang benar-benar berdoa untuk kita, tetapi percayalah bahwa dalam perjuangan, kita ini tidak sendirian. Jadi jangan kita menyerah!

Selain itu, dalam perjuangan iman, kadangkala Tuhan ingin kita tetap mempercayai-Nya walaupun tampaknya Tuhan seolah-olah sudah tidak mempedulikan kita atau walaupun tampaknya seolah-olah Tuhan memang menginginkan persoalan itu menghimpit kita, karena memang Tuhanlah Sang Pencipta yang paling mengetahui segala yang terbaik untuk kita.

Jadi apa pun yang terjadi, berusahalah untuk tetap mempercayai Tuhan, karena masa depan kita terbentang bersama-Nya.

Tuhan memberkati.

(Ide dari Erine Ratmawati)