Hidup Dalam Segala Kelimpahan (1)

Oleh: Sunanto Choa

Yohanes 10:10 “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

[block:views=similarterms-block_1]

Sebagian besar dari saudara mungkin sudah pernah membaca atau mempelajari kutipan ayat di atas. Saya yakin kita semua pasti menyenangi janji Yesus yang indah dalam ayat tersebut. Banyak pengkotbah yang sangat suka mengutip ayat ini sebab ayat ini memang “enak didengar” oleh telinga jemaat. Namun saya menemukan banyak sekali orang kristen yang salah mengartikan hidup dalam segala kelimpahan yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus ini. Kebanyakan orang mengartikan hidup kelimpahan tersebut dengan memiliki kekayaan materi dan kesuksesan duniawi.

Apakah yang dimaksud Yesus dengan hidup dalam segala kelimpahan ? Jika yang dimaksud hidup dalam segala kelimpahan adalah dalam hal materi maka Tuhan Yesus telah berdusta sebab banyak orang kristen yang hidup sungguh-sungguh tidak berkelimpahan dalam materi, bahkan rasul Paulus jelas tidak berkelimpahan secara materi bahkan bisa dikatakan dia miskin secara materi sebab kadang ia kelaparan dan telanjang. Lalu apakah sebenarnya yang dimaksud hidup dalam segala kelimpahan ini ?

Saya mengenal seorang orang kristen yang masih relatif berusia muda tetapi sudah sukses dalam bisnisnya. Anak muda ini merintis usaha dari nol dan dalam beberapa tahun berhasil menjadi jutawan baru sehingga bisa memiliki mobil mewah dan rumah besar. Banyak orang mengatakan anak muda ini “diurapi dalam bisnis” oleh Tuhan sebab selain itu dia juga banyak memberi untuk pekerjaan Tuhan. Banyak teman-temannya yang ingin menjadi seperti pemuda yang “sukses” ini sebab mereka mengira pemuda ini telah mengalami kebahagiaan dalam hidupnya . Akan tetapi, setelah menyelidiki kehidupannya saya menyimpulkan bahwa anak muda ini sama sekali tidak hidup dalam segala kelimpahan. Saya menemukan orang muda ini sama sekali tidak bisa dikatakan bahagia meskipun ia memiliki harta yang melimpah. Bahkan saya iba (kasihan) dengan anak muda ini sebab justru kekayaan dunia ini telah membuat hidupnya menderita. Hal ini bisa terjadi sebab keberhasilan dalam bisnisnya tidak diimbangi oleh keberhasilan (baca: pertumbuhan) dalam hidup kerohaniannya.

Percayalah, saya bukan penganut ajaran teologia kemiskinan yang mengajarkan untuk menjadi rohani seseorang harus hidup dalam kemiskinan. Philip Yancey mengatakan “Selama hidupNya di dunia ini Yesus banyak menolong orang miskin agar mereka bisa keluar dari kemiskinan mereka sekalipun Ia berkata berbahagialah orang yang miskin dan lemah”. Bila kita semua hidup miskin secara materi, lalu bagaimana kita bisa memberi kepada orang lain ? Bagaimana kita bisa menjadi berkat bila tidak terlebih dahulu diberkati oleh Tuhan ? Bagaimana kita bisa melakukan pekerjaan Tuhan bila tidak ada yang memberikan dana untuk menyokong pekerjaan tersebut ?

Banyak orang yang berpikir bahwa kepercayaan kekristenan hanyalah tentang menuju ke sorga di masa depan. Hidup dalam segala kelimpahan yang dijanjikan oleh Yesus merupakan janji yang sangat indah dan itu jauh dari sekedar kelimpahan secara materi. Sangat sedikit orang kristen yang berhasil mencapai tingkat kehidupan yang penuh kelimpahan ini. Oh tahukah anda bahwa Yesus telah menyediakan hidup yang begitu indah dan berbahagia bagi kita semua ? Tentu saja Ia tidak menjanjikan hidup yang mudah dan tanpa masalah sebab selama kita hidup di dunia ini mustahil untuk hidup tanpa ada masalah. Tetapi Ia menjanjikan di tengah-tengah dunia yang penuh masalah ini kita bisa hidup bahagia dalam segala kelimpahan sebab damai sejahteraNya akan mememelihara hati dan pikiran kita. Dia menjanjikan kehidupan yang penuh dengan sukacita dan kemenangan bagi setiap kita. Inilah sebuah tingkatan kerohanian yang mengalir seperti sungai sehingga kemanapun kita pergi maka kita akan membawa berkat, kehidupan dan pemulihan bagi orang lain ( Yeh 47:9-12). Maukah anda memiliki kehidupan yang seperti itu ?