Dogmatika

Oleh: Julita Septanius

Pendahuluan

Alkitab adalah buku yang paling banyak dibaca sepanjang waktu. Ia telah diterjemahkan ke dalam tiap-tiap bahasa yang dikenal. Alkitab mempunyai daya tarik yang sama kuat, baik bagi ahli-ahli fisika nuklir maupun orang-orang yang paling sederhana. Namun, kendati popularitasnya begitu hebat, Alkitab juga merupakan buku yang paling banyak diserang diantara segala buku yang pernah ditulis.

Dalam abad ke-20, kritik terhadap Alkitab tidak saja timbul dari luar agama Kristen, melainkan juga dari dalamnya sendiri. Sekarang ini banyak pemikir digaji untuk menjadi pendeta dan guru sekolah tinggi, yang menggunakan banyak waktu mereka untuk menulis dan menerbitkan karangan-karangannya yang mendeskeditkan Alkitab. Mereka berkata bahwa Alkitab hanyalah merupakan suatu koleksi cerita dan ketakhyulan yang “memuat” ajaran Tuhan.

[block:views=similarterms-block_1]

Namun, untuk melihat kebenaran dari pernyataan tersebut. Maka marilah kita membahasnya lewat artikel yang sangat sederhana ini.

Apakah Alkitab itu?

Kita sering kali membawa, membuka dan bahkan ada juga yang seringkali membaca buku yang terkenal ini. Mungkin baik kalau kita mencoba untuk mencari tahu apa sih sebenarnya Alkitab itu? Ada pepatah yang mengatakan kalau tidak kenal maka tidak sayang, maka baik sekali kalau kita apalagi sebagai pengikut Kristus mengenal buku ini dengan baik. Kita menyebutnya Alkitab, tetapi ada juga yang menyebutnya Kitab Suci. Di belahan bumi lain di sebut Bible, Biblia, Bibbia dan masih banyak kata lain yang menunjuk kepada buku yang kita maksud. “Alkitab” itu sebenarnya merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa Arab, jadi kata Alkitab itu kampung halamannya ada di Arab sana, yang berarti buku. Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut “ta biblia” artinya juga buku tapi dalam bentuk jamak: buku-buku.

Jadi berdasarkan arti katanya Alkitab berarti sebuah buku yang terdiri dari kumpulan buku-buku. Coba kita buka Alkitab kita, disana ada banyak tulisan-tulisan yang berasal dari orang yang berbeda, masa yang berbeda malahan rentang waktu penulisannya jauh sekali. Bukan hanya soal penulisan dan waktu saja tetapi juga gaya bahasa, corak sastra, persoalan dan masih banyak lainnya yang berbeda. Jelas itu merupakan buku-buku yang sebelumnya terpisah. Maka Alkitab itu mirip dengan perpustakaan yang ada di sekolah atau di kampus kita, hanya bedanya perpustakaan ini bentuknya mini. Hanya ada 66 "buku" di dalamnya, dengan ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal tetapi juga ada yang tipis bahkan buku yang ditulis oleh Yudas hanya terdiri dari 2 halaman saja. Perpustakaan itu mini tetapi apa kita sudah sering masuk ke dalamnya dan membaca buku yang ada di sana? Kalau kita sering kali bolak-balik ke perpustakaan di sekolah atau kampus kita, sangat baik sekali kalau kita juga mengunjungi perpustakaan ini.

Itu pengertian Alkitab berdasarkan arti katanya, kalau kita melihat isi dan maknanya maka Alkitab kita memiliki beberapa pengertian.

Alkitab sebagai SABDA ALLAH dalam bahasa Manusia

Kita tahu yang disebut Sabda Allah pertama-tama adalah Yesus Kristus, sang Putra Allah. Coba kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Yohanes penginjil tentang Yesus: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah……. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ini yang ditulis oleh Yohanes dalam bab 1:1-14, tetapi tidak dikutip semuanya disini karena terlalu panjang, coba kita buka sendiri teks itu. Jadi Firman Allah atau Sabda Allah yang pada mulanya ada bersama-sama dengan Allah kita kenali dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah.

Dalam dokumen Dei Verbum, sebuah dokumen Konsili Vatikan II mengenai Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi yang juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), dalam sebuah artikel tertulis demikian: “Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia”. Allah kita Allah yang luarbiasa! Ia ingin dekat dengan kita supaya kita bisa mengambil bagian dalam hidup dan kodrat IlahiNya bersama Yesus Kristus, PutraNya dan juga dalam tulisan-tulisan Alkitab. Dalam diri Yesus Kristus kita mengenali Allah yang mengenakan daging dan di dalam Alkitab kita mengenali Allah yang telah mewahyukan diri dalam kata-kata yang bisa kita kenali dan mengerti.

Kalau kita membaca sebuah buku atau tulisanya, tema sebuah tulisan penting supaya kita bisa mengerti tulisan itu dengan baik, kalau kita lihat KGK artikel 101-104 memiliki tema: Kristus – satu-satunya Sabda Kitab Suci. Lalu dalam artikel itu ditulis : Melalui kata-kata Kitab Suci, Allah hanya mengatakan satu kata: SabdaNya yang tunggal dan di dalam Dia Ia mengungkapkan diri seutuhnya: “Sabda Allah yang satu dan sama berada dalam semua Kitab: Sabda Allah yang satu dan sama bergaung dalam mulut semua penulis Kitab yang suci. Dan karena sejak awal Ia adalah Allah pada Allah, Ia tidak membutuhkan suku-suku kata, karena Ia tidak bergantung pada waktu” (St. Agustinus, Psal 103,4,1). Maka jelas bahwa Kitab Suci kita adalah Sabda Allah: pada awalnya Yesus semula ada bersama dengan Allah mewahyukan diri dengan mengenakan daging jasmani supaya bisa dikenali, kemudian Allah yang sama mewahyukan diriNya dalam tulisan-tulisan Kitab Suci supaya bisa berkomunikasi dengan kita semua.

Maka dari itu kita diminta untuk menghormati Kitab Suci dan juga mengenali Allah yang ada di dalamnya. Gereja menganjurkan kita semua untuk menghormati Kitab Suci, seperti yang ditulis dalam KGK # 103: Dari sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah maupun dari meja Tubuh Kristus.

Sabda Allah telah ditulis dan tertera dalam bahasa yang kita kenali supaya kita bisa menangkap, mengerti, memahami komunikasi Allah. Kalau Allah menggunakan bahasa malaikat atau "bahasa planet" maka komunikasi dengan Allah tidak dapat kita lakukan. Untung saja Allah menyesuaikan diri dengan kemampuan kita yang terbatas ini sehingga kita bisa mengerti pewahyuan diri Allah.

Sesuatu yang kalau kita pikir sangat luar biasa: Itu berarti bahwa Allah berbicara kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Sabda Allah ditulis dalam bahasa manusia, oleh karena itu kita mendapati ungkapan-ungkapan yang perlu kita perhatikan, karena ungkapan itu ditulis sesuai dengan budaya dan waktu itu. Yang pasti sangat berbeda dengan ungkapan jaman ini. Dibalik ungkapan-ungkapan manusiawi itu tersembunyi Sabda Allah yang perlu untuk kita temukan. jadi bagi kita, Kitab Suci itu bukan hanya sekedar tulisan-tulisan begitu saja tetapi ada kekayaan besar yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan itu perlulah kita mengerti arti rohani dari tulisan itu, bukan hanya arti harafiahnya saja.

Alkitab sebagai pewahyuan Allah dan tanggapan manusia

Allah itu transenden mengatasi segala sesuatu yang ada dan Allah tidak mudah untuk dikenali, karena ia tidak sama dengan kita manusia. Jelas bahwa Dia tidak sama dengan kita karena Dia adalah pencipta dan penyebab segala sesuatu. Oleh karena itu supaya kita bisa mengenal Allah maka Allah perlu menunjukkan diri-Nya dan mengungkapkan realitasnya yang transeden kepada kita. Tanpa penyataan diri Allah maka manusia tidak mampu mengenal Allah, penyataan ini kita sebut pewahyuan Allah. Dalam EV #2 kita baca: Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih Ef 1:9) kepada manusia. Pewahyuan ini terungkap melalui perkataan dan perbuatan Allah di dalam sejarah keselamatan manusia yang mencapai puncaknya dalam diri Kristus Sang Sabda yang menjadi daging.

Alkitab juga mengungkapkan berbagai macam tanggapan manusia atas pewahyuan Allah dan berbagai macam reaksi atas rencanaNya bagi manusia. Manusia yang menerima wahyu Ilahi ini akan memperoleh hidup yang kekal sedangkan yang menolak pewahyuan ini akan mengalami kebinasaan. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18).

Alkitab sebagai buku iman Gereja

Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah.

Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya.

Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan ‘hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja’. Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah (Dei Verbum 26; Ad Gentes 15:21).

Status Alkitab

Agaknya status Alkitab ditetapkan berdasarkan dua faktor:

Kenyataan historis, bahwa gereja memanglah sudah mengambil keputusan untuk menegakkan kitab-kitab tertentu sebagai skriptura.

Kenyataan historis ialah bahwa Alkitab memang ditetapkan sebagai skriptura serta dipisahkan, baik dari kitab-kitab lain-lain yang terkarang pada waktu itu maupun dari perkembangan-perkembangan tradisi lisan selanjutnya. Itu berarti bahwa pada taraf tertentu dalam sejarahnya, umat Allah telah mengambil suatu keputusan fundamental untuk memberikan status istimewa kepada bahan yang terkandung dalam Alkitab itu serta mengakui bahan itu sebagai pola-klasik untuk pengertian kita tentang Allah. Jadi dalam arti tertentu, adalah tepat kalau dikatakan bahwa Alkitab mempunyai status itu untuk kita, justru karena pada jaman awal dalam perkembangan synagoge dan gereja, tokoh-tokoh itu sudah mengambil keputusan bahwa Alkitab memang akan diberi status definitif yang demikian.

Kenyataan historis itu selanjutnya sudah masuk struktur-dasariah iman Kristen.

Namun demikian, kita tak boleh bersandar seratus persen kepada argumen yang agak bersifat formal itu. Soalnya bukanlah hanya keputusan itu sudah diambil di gereja kuna, tetapi yang lebih penting ialah bahwa keputusan itu memang serasi dengan sifat-dasariah iman Kristen. Iman menjadi khusus iman Kristen, justru karena iman tersebut mengaitkan diri dengan pola-pola yang terumus secara klasik itu. Agaknya inilah yang dimaksudkan dengan rumusan populer, bahwa "agama Kristen merupakan agama historis." Iman Kristen bukanlah apa saja yang kebetulan dipercayai orang Kristen modern, biar bagaimanapun alasan kepercayaannya itu, melainkan adalah iman yang dikaitkan dengan Yesus dan dengan Allahnya orang Israel. Mengakui sentralitas Alkitab dalam iman Kristen, adalah mengakui sumber-sumber klasik yang menggambarkan dan yang menyaksikan Yesus dan Allah.

Alkitab adalah bagian dari penyataan khusus

Menurut R. Soedarmo, penyataan khusus dasar mulai seketika sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, tatkala Allah berfirman: “Dimanakah engkau ?” (Kej.3:9). Sebab sejak saat itu rusaklah penyataan umum tadi dengan datangnya pengaruh dosa. Penyataan khusus dasar diberikan hingga rasul-rasul yang terakhir meninggal. Sesudah itu cukuplah pernyataan yang menjadi alas atau dasar bagi penyataan khusus yang dibutuhkan bagi manusia sedunia untuk mengenal lagi akan Allah dan untuk menerima anugerah kelepasan. Penyataan khusus ini ialah Alkitab.

Alkitab berasal dari Allah yang melalui Roh-Nya mengilhami para nabi dan rasul, sehingga mereka menyadari penyataan Allah di dalam pelayanan mereka dan menuliskan penyataan Allah itu dengan benar. Alkitab ini telah disampaikan kepada kita melalui suatu proses penyalinan dan penerjemahan. Melalui proses yang panjang ini Alkitab dipelihara dengan tepat karena pertolongan Roh Kudus. Jadi penyataan khusus Alkitab diambil dari penyataan khusus dasar.

Pandangan Alkitab sendiri tentang status Alkitab

Timbul pertanyaan: apakah gambaran tentang Alkitab yang saya ajukan ini sesuai dengan gambaran yang disodorkan Alkitab sendiri? Pertanyaan yang demikian patut dipertimbangkan. Bukankah betul bahwa Alkitab memberikan suatu gambaran tentang karya-karya Allah yang bersifat obyektif dan petunjuk-petunjuk-kalamiah Allah? Apakah ini tidak berarti bahwa Alkitab memperkenalkan diri terutama sebagai komunikasi dari Allah kepada manusia, yaitu suatu "laporan" tentang "penyataan" yang sudah diberikan? Jawaban terhadap pertanyaan ini harus disampaikan dalam dua bagian:

Ada perbedaan antara penjelasan harfiah yang diberikan Alkitab, dan pengertian kita tentang peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Alkitab itu. Memang benar bahwa pola-klasik kita biasanya menggambarkan Allah yang berkarya melalui "perbuatan-perbuatan perkasa" yang berbicara menggunakan bahasa manusia. Maka sebagaimana kita catat di atas, aspek-aspek ini secara tradlslonal telah sangat mempengaruhi pengertian kita tentang hakekat Alkitab. Tetapi meskipun aspek-aspek ini menonjol dalam bentuk pola kita, tidak usahlah aspek-aspek itu begitu menonjol bila kita berusaha menilai pengaruh pola itu atas pengertian kita. Yang saya kemukakan di sini bukanlah perkara yang baru; ada beberapa konsep penyataan yang kini laku secara luas, yaitu yang mengurangi peranan aspek "pembicaraan Allah dalam bahasa manusia."

Dalam bentuk harfiah Alkitab pun, laporan-laporan tentang pembicaraan Allah kepada manusia hanyalah merupakan sebagian dari bahan yang ada. Banyak kitab dalam Alkitab memuat pembicaraan manusia-manusia; maka dalam rangka pembicaraan yang demikian itu terdapatlah beberapa bagian yang didalamnya manusia melaporkan pembicaraan Allah kepada manusia. Surat misalnya, adalah merupakan surat-surat seorang rasul kepada jemaat-jemaat, bukan surat-surat Allah kepada Rasul Paulus.

Penutup

Banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang mengakui dan menerima kewibawaan Alkitab, walau cara dan manifestasinya berbeda-beda. Sebenarnya setiap cara pemahaman memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Semuanya saling melengkapi. Dan bagi mereka yang terbuka, banyak hal yang dapat dipelajari dari cara pemahaman yang lain.

Mudah-mudahan pembahasan ini mengundang kita untuk lebih mendalami dan mempelajari Alkitab secara lebih mantap, serius dan penuh tanggung jawab. Karena hanya dengan kerendahan hati dan keterbukaan, kita dapat membaca, mempelajari, memahami dan menghayati pernyataan-pernyataan Alkitab beserta segala tuntutannya. Hanya dengan keterbukaan dan kepekaan, pembacaan dan penelaahan Alkitab yang kita lakukan dapat mengubah hidup kita. Hanya dengan kepekaan dan kerendahan hati, kita dapat mengenal identitas Allah yang utuh dan benar seperti yang dinyatakan-Nya dalam pribadi Yesus Kristus.

Akhir kata, bagi umat dan pengikut Kristus, pengakuan dan penerimaan kewibawaan Alkitab tidak mempunyai arti, jika semua itu tidak membuahkan perubahan dan pembaruan pikiran, sikap dan tindakan kita baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, ibadah, maupun dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Barr, James, http://media.isnet.org/kristen/Modern/0704.html.

Hindarto, Teguh, http://vivitdominus.blogspot.com/2008/09/alkitab.html

Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika, Jakarta:BPK-GM,2009.

Soedarmo, R., Kamus Istilah Teologi, Jakarta:BPK-GM,2002.

Walker,D.F., http://www.alkitab.or.id/content/view/153/131/lang,english/