Berkat bagi Keluarga

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th

Khotbah Minggu Pagi di GBAP El Shaddai Palangka Raya 28 Oktober 2012

“TUHAN memberkati Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak Memberkati Yakub, Yakub memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat penghargaan para Patriakh terhadap berkat. Sesungguhnya ada kuasa dan kehidupan di dalam berkat!” - Samuel T. Gunawan -

Pendahuluan

Alkitab sangat banyak membicarakan tentang berkat. Kata “berkat” adalah kata yang sangat penting khsususnya dalam Perjanjian Lama. Kata “berkat” diterjemahkan dari kata Ibrani "???? - berakhah", berasal dari verba "??? - barakh", yang bermakna memberkati, memberikan salam, bahkan terkadang berarti berlutut. Kata “berkat” ini digunakan lebih dari 640 kali dalam Perjanjian Lama. Kepada Abraham Tuhan berfirman, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan (Aku akan) memberkati engkau (va'avârekhkha) serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi (vehyêh) berkat (berâkhâh) (Kejadian 12:2).

Berkat secara ultimat berasal dari Tuhan. (Ulangan 8:17-8; Amsal 10:22). Pencarian agar memperoleh suatu keadaan yang diberkati merupakan kerinduan manusia yang universal. Jeritan kepedihan hati dan tangisan esau menggambarkan keadaan banyak orang saat ini yang hidup tanpa berkat, Kata Esau kepada ayahnya: "Hanya berkat yang satu itukah ada padamu, ya bapa? Berkatilah aku ini juga, ya bapa!" Dan dengan suara keras menangislah Esau” (Kejadian 27:38). Manusia sering mengutarakan suatu harapan untuk kehidupan yang diberkati baik kepada dirinya, keturunanya dan berkat kepada sesamanya.

Orang-orang yang hidup di dalam Perjanjian Lama tampaknya dengan jelas mengerti kuasa berkat. Saat kepala keluarga mendekati kematiannya, para putra tertua berkumpul di sisi ayah mereka. Sang ayah kemudian akan meletakkan tangannya di kepala masing-masing putra serta mengucapkan kata-kata yang meramalkan kehidupan dan masa depan mereka. Kata-kata ini berisi apa yang kemudian dikenal sebagai "berkat". Keluarga menyadari bahwa saat-saat seperti ini lebih dari sekedar pesan-pesan terkahir sebelum kematian sang ayah; kata-kata ini membawa otoritas rohani, mempunyai kuasa untuk mendatangkan keberhasilan, kemakmuran, dan kesehatan di masa depan mereka.
Perjanjian Lama memberikan contoh pentingnya berkat, sehingga untuk mendapatkannya harus diperebutkan. Esau dan Yakub “bertengkar” memperebutkan berkat dari ayah mereka, Ishak (Kejadian 27:1-41). Mereka tidak bertengkar karena uang atau warisan keluarga lainnya yang mungkin bisa mereka warisi. Esau dan Yakub, sama-sama menyadari bahwa jika mereka menerima berkat ayahnya, maka kekayaan dan keberhasilan merupakan sesuatu yang nyata di masa depan.

Gambaran Alkitab Tentang Berkat

Gambaran Alkitab tentang berkat orang percaya dihubungkan dengan penciptaan, patriak (para bapa leluhur Israel), kovenan (perjanjian), dan berkat yang dihubungkan dengan Perjanjian Baru. Pertama, berkat dihubungkan dengan penciptaan. Ketika Tuhan memciptakan langit, bumi, manusia dan segenap mahluk yang tinggal didalamnya, Ia memberkati ciptaanNya itu (Kejadian 1:22,28; 2;3). Berkat dalam penciptaan dan alam semesta ini adalah berkat yang bersifat umum, universal dan bagi semua manusia (Bandingkan Matius 5:45).

Kedua, berkat yang dihubungkan para Patriakh. TUHAN memberkati Abraham, Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati Yusuf dan anak-anaknya; demikianlah kita melihat penghargaan para Patriakh terhadap berkat (Kejadian 12:1-4; 24:1; 25:5; 27:27-30; 48; 49). Sesungguhnya ada kuasa dan kehidupan di dalam berkat! Berkat-berkat lebih dari sekedar harapan yang baik, dalam hal-hal tertentu berkat berdampak bagi kehidupan dan masa depan para Patriakh dan keturunannya.

Ketiga, berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Tuhan berjanji untuk memberkati Abraham, dan oleh Abraham semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kejadian 12:3). Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Abraham (Galatia 3:7); dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah (Galatia 3:29). Orang-orang percaya disebut anak-anak Abraham hanya karena mereka mengikuti jejak iman Abraham (Galatia 3:9). Kepada orang percaya berkat perjanjian terutama dihubungkan dengan karya Kristus bagi orang percaya (Galatia 3:26,27) dan ketaatan dimana Tuhan memberi upah karena ketaatan. Tetapi, walaupun Tuhan memberi berkat karena ketaatan, yang menyebabkan Ia melakukannya adalah anugerahNya (Bandingkan Ulangan 7:6-16; Mazmur 5:9).
Keempat, berkat dalam Perjanjian Baru. Sementara berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, maka berkat dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9). Berkat yang kita bicarakan dalam kesempatan ini adalah berkat yang dihubungkan dengan patriakh dan kovenan, seperti yang disebutkan diatas.

Pentingnya Berkat

Alkitab memberikan alasan pentingnya berkat dalam kehidupan kita.  Pertama, berkat menggambarkan kehendak Tuhan dari sejak penciptaan dan itu adalah rancanganNya dari semula (Efesus 1:3-4). Setelah Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, Ia memberkati mereka. Alkitab mencatat bahwa “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. (Kejadian 1:28). Kebenaran ini sungguh luar biasa, karena kita mengetahu bahwa kita diciptakan supaya diberkati!

Kedua, berkat adalah cara untuk memohon perlindungan Tuhan (bandingkan Bilangan 6:24-26). Bagi mereka yang hidup pada masa Patriakh berkat adalah saat untuk memohon perlindungan Tuhan bagi yang dikasihi. Begitu pentingnya berkat ini, sehingga bila ada anggota keluarga yang akan bepergian jauh, mereka akan menerima berkat sebelum berangkat. Misalnya, Ishak memberkati Yakub sebelum Yakub pergi mencari seorang istri (Kejadian 28:1). Atau, Laban dan Betual, yang memberkati Ribka, saudara mereka yang akan pergi meninggalkan mereka untuk menjumpai Ishak dan menjadi istrinya (Kejadian 24:60).

Ketiga, berkat digunakan untuk menandai peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan. Ketika orang tua mendekati saat kematian, ia memanggil anak-anak untuk memberkati (Kejadian 27:1; 48:1). Berkat juga diberikan pada peristiwa perkawinan (Kejadian 24:60) dan peristiwa kelahiran (Rut 4:14-15). Simeon memberkati Keluarga Yusuf dan Maria saat mereka membawa Yesus ke Yerusalem untuk diserahkan kepada Allah (Lukas 2:25-34). Tradisi Yahudi yang masih ada sampai sekarang yaitu “bar mitsva” untuk upacara ulang tahun anak lelaki, dan “bat mitsva” untuk upacara ulng tahun anak perempuan. Masa akil balig (tradisi Yahudi untuk menyatakan seorang anak telah dewasa) adalah saat berkat khusus yang diberikan oleh orang tua kepada anak mereka (Galatia 4:1-2).

Keempat, berkat menunjukkan penerimaan dan penghargaan. Berkat yang diberikan pada seseorang merupakan bentuk pengakuan yang dipahami bahwa orang tersebut diterima dan dihargai. Demikian kita melihat Abraham memberkati Ishak, Ishak memberkati Yakub, Yakub memberkati keduabelas anaknya, serta dua cucunya. Bahkan Kata-kata berkat berkat Yakub bagi Efraim dan Manasye hingga saat ini masih diucapkan oleh orang tua Yahudi untuk memberkati anak-anak mereka. Alkitab mencatat “Lalu diberkatinyalah mereka pada waktu itu, katanya: "Dengan menyebutkan namamulah orang Israel akan memberkati, demikian: Allah kiranya membuat engkau seperti Efraim dan seperti Manasye” (Kejadian 48:20).
Kelima, berkat memberikan arah dan tujuan bagi masa depan (Kejadian 49:1). Berkat yang diberikan oleh Patriakh meramalkan kehidupan dan masa depan khusus bagi orang yang diberkati. Hal ini berkaitan dengan berkat khusus yang diberikan Tuhan kepada para Patriakh sebagai bapa bangsa Israel yang dipilih Tuhan. Perhatikanlah bagaimana Ishak menggambarkan  masa depan Yakub saat ia mengucapkan perkataan berkat kepada Yakub  dalam Kejadian 27:27-29. Juga perhatikan bagaimana Yakub menggambarkan masa depan Yusuf, anaknya dan dua cucunya melalui kata-kata berkat (Kejadian 48:15-22).

Cara Pemberian Berkat

Dalam Alkitab, secara umum ada dua cara pemberian berkat, yaitu dengan kata-kata dan sentuhan. Kata-kata adalah berkat yang diucapkan; sedangkan sentuhan adalah berkat yang dinyatakan. Seringkali berkat diucapkan disertai dengan sentuhan (Kejadian 27:27-29; 48:15-22). Dalam Alkitab kita memperhatikan bahwa Tuhan mengucapkan kata-kata berkat kepada Abraham (Kejadian 12:1-4); Abraham mengucapkan berkat kepada anaknya, Ishak (Kejadian 24:1; 25:5); Ishak mengucapkan kata-kata berkat kepada anaknya, Yakub (Kejadian 27:27-19); Yakub mengucapkan kata-kata berkat kepada anaknya Yusuf, juga kepada kedua cucunya, Efraim dan Manasye (Kejadian 48:15-22). Berkat hanya menjadi berkat bila diucapakan melalui perkataan berkat! Berkat yang diucapkan harus disertai pengakuan bahwa  orang tersebut berharga. Berkat yang diucapkan akan memberi keyakinan kepada yang menerimanya bahwa mereka diterima (diperkenan) dan dihargai. Demikian juga sentuhan pada saat memberkati merupakan hal yang sangat penting dalam berkat di Perjanjian Lama. Sentuhan ini berupa pelukan, ciuman atau meletakkan tangan pada kepala (Kejadian 27:26; Kejadian 48:14). Banyak kali berkat diberikan dalam Alkitab, disertai dengan sentuhan yang memperlihatkan perhatian, penghargaan, dan penerimaan sebelum berkat itu diucapkan.

Kata-kata berkat kita akan mempengaruhi masa depan anak-anak kita. Kita perlu mengucapkan kata-kata penuh kasih, persetujuan dan penerimaan, kata-kata yang mendorong, memberi memotivasi bagi anggota-anggota keluarga kita untuk mencapai tujuan dan mendapatkan masa depan mereka. Saat kita melakukannya, kita sedang mengucapkan berkat-berkat ke dalam kehidupan mereka dan mereka akan sungguh-sungguh diberkati. Walaupun berkat yang kita diberikan pada saat ini tidak dapat meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan Patriakh, tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak  dan orang lainnya untuk menetapkan dan  mencapai tujuan yang berarti dalam hidup mereka. Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu mereka bertumbuh dengan percaya diri dimasa yang akan datang.

Orang Kristen dan Berkat di dalam Kristus

Berkat dalam Perjanjian Lama dikaitkan dengan kemakmuran fisik, maka berkat dalam Perjanjian Baru lebih menekankan pada warisan rohani yang disediakan di sorga (Efesus 1:3). Walaupun demikian, Perjanjian Baru juga memberikan tempat bagi kemakmuran materi (2 Korintus 8:9).  Orang Kristen menerima berkat-berkat karena keberadaannya “di dalam Kristus”. Paulus mengatakan “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus (en Christo) telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga” (Efesus 1:3). Kesatuan dengan Kristus (union with Christ) merupakan alasan utama kita menerima berkat. Kesatuan dengan Kristus ini pertama kali terjadi saat kita mengalami regenerasi (lahir baru) oleh Roh Kudus. Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi secara seketika. Paulus mengatakan, “ telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap. Jadi, disaat regenerasi kesatuan antara Kristus dan orang percaya secara aktual diterjadi.

Pertama, pemilihan Allah yang berdaulat atas kita di dalam Kristus (Efesus 1:3-4). Paulus menegaskan bahwa Allah telah memberkati kita dengan semua berkat rohani di dalam Kristus (en Christo), bukan berdasarkan kelayakan kita melainkan karena Allah telah memilih di dalam Kristus sebelum dunia diciptakan (pro kataboles kosmou). Ketika Bapa memilih Kristus; Dia juga memilih kita (1 Petrus 1:20; Efesus 1:4).

Kedua, karya penebusan Kristus yang memberikan keselamatan dan berkat-berkat lainnya bagi kita. Paulus menegaskan “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia (en auto) berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu” (Galatia 3:14). Kata Yunani yang digunakan untuk istilah keselamatan adalah  Soteria yang merupakan terjemahan dari kata Ibrani Yasha dimana kata tersebut mengandung arti pembebasan dan penyelamatan dari kesukaran, penderitaan, kesakitan dan ikatan, juga di dalamnya terkandung makna pemeliharaan, keamanan dan keutuhan.

Ketiga, berkat-berkat diterima oleh orang percaya melalui iman. Berkat yang dihubungkan dengan perjanjian (kovenan). Paulus mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Allah karena iman (Galatia 3:26); dan bahwa mereka adalah keturunan Abraham yang berhak menerima janji Allah (Galatia 3:29). Orang-orang percaya disebut juga anak-anak Abraham hanya karena mereka mengikuti jejak iman Abraham (Galatia 3:7,9). Kepada orang percaya berkat perjanjian terutama dihubungkan dengan karya Kristus bagi orang percaya yang diterima melalui iman  (Galatia 3:26,27).

Penutup

Kita tak pernah tahu keadaan di depan kita, tetapi kita dapat mempercayakan kehidupan kita dan masa depan anak-anak kita kepada Tuhan karena Dia menginginkan hidup kita diberkati dan berhasil. Kita dapat mempercayai dan mengandalkan Tuhan dan janjiNya. Pertama, Tuhan menjanjikan masa depan yang penuh harapan, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Kedua, Tuhan memberikan kekuatan untuk berhasil. Tuhan tidak memberikan kita harta, tetapi kekuatan untuk memperoleh harta kekayaan, “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini” (Ulangan 8:18).  Paulus mengingatkan bahwa “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Korintus 8:9).

Sama seperti Ishak memberkati anaknya, kita juga bisa memberkati anak-anak kita. Walaupun berkat yang kita diberikan pada saat ini tidak dapat meramalkan secara tepat masa depan seperti yang dilakukan Patriakh, tetapi kita dapat mendorong dan menolong anak-anak  dan orang lainnya untuk menetapkan dan  mencapai tujuan yang berarti dalam hidup mereka. Berkat akan membuat anak-anak merasa aman dan membantu mereka bertumbuh dengan percaya diri dimasa yang akan datang. Jika Anda ingin anak-anak kita menjadi produktif dan berhasil, kita perlu mulai menyatakan kata-kata berkat kepada mereka. Berdoalah dan berkatilah mereka. Letakkanlah tangan atas mereka dan berdoalah untuk perjalanan hidupnya, studinya, pekerjaannya kelak, perjodohannya, keluarga yang kelak akan dibentuknya, pelayanan serta pertumbuhan rohaninya.Berkatilah anak-anakmu dan biarlah mereka menerima janji-janji Allah dalam hidup Anda.


* Pdt. Samuel T. Gunawan adalah seorang Protestan-Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Jemaat  El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya. Menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE) dari Universitas Palangka Raya; Sarjana Theology (S.Th) dan Magister Theology (M.Th) dari STT Trinity.