Bangkit dari Kegagalan Hidup

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th

TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. (Mazmur 37:23-24)

Pendahuluan

Pernahkah saudara gagal atau membuat kesalahan? Kenyatan bahwa Saudara pernah gagal adalah bukti bahwa Saudara belum selesai. Kegagalan dan kesalahan dapat menjadi jembatan bukan penghalang bagi kehidupan yang lebih baik. Kisah berikut ini baik untuk kita perhatikan!



Dalam suatu acara televisi ESPN, ditayangkan suatu interview di mana seorang mega bintang mengisahkan tentang perjalanan kariernya: “Lebih dari 3000 kali saya diberi kepercayaan untuk menyarangkan bola ke jaring lawan namun saya gagal melakukannya. Saya diberi 26 kali kepercayaan oleh tim saya untuk melakukan tembakan terakhir pada saat pertandingan final dan saya pun gagal. Lebih dari 300 kali saya berkontribusi dalam kekalahan tim saya Chicago Bulls dan kini saya masih dijuluki sebagai pemain terhebat sepanjang masa. Sayalah Michael Yordan.”

Inti Renungan

Kisah membawa kita pada pelajaran-pelajaran penting bagaimana kita perlu “BANGKIT DARI KEGAGALAN HIDUP!”. Kata-kata berikut ini perlu Saudara ingat “Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru dapat menjadi titik balik menuju kehidupan yang lebih baik”

Langkah 1. Sadari bahwa setiap orang pernah gagal. Alkitab menorehkan catatan kegagalan dalam goresan tinta emas yang terdapat dalam kisah hidup mereka. Abraham pernah gagal; Yakub pernah gagal: Musa pernah gagal; Daud pernah gagal yang menulis ayat di atas juga pernah gagal. Pemahaman bahwa tiap orang pernah gagal akan mencegah kita untuk berputus asa, frustrasi, dan melakukan tindakan yang fatal. Pemahaman bahwa sukses tanpa kegagalan hanyalah sekedar mitos belaka akan membuat kita bisa melihat perspektif positif dari kegagalan kita.

Abraham Lincoln adalah seorang pribadi yang ulet. Sifatnya yang pantang menyerah telah membuatnya mampu bertahan melalui berbagai rintangan dan menjadi orang yang berhasil. Abraham Lincoln mampu membuat kegagalan menjadi “jembatan” untuk maju dari satu keberhasilan kepada keberhasilan yang lebih tinggi. Lihatlah catatan sejarah hidupnya dibawah ini: Tahun 1816 keluarganya diusir dari rumahnya, sehingga ia harus bekerja; tahun 1818 ibunya meninggal dunia; tahun 1831 gagal dalam berbisnis; tahun 1832 gagal menjadi anggota legislatif. ia kehilanganpekerjaan dan ingin sekolah difakultas hukum tetapi tidak diterima; tahun 1833 meminjam uang untuk memulai lagi bisnisnya danbangkrut pada tahun itu juga dan ia harus melunasi hutangnya selama 17 tahun; tahun 1834 terpilih sebagai anggota legislative; tahun 1835 bertunangan, kemudian tunangannya mati dan ia patah hati; tahun 1836 mengalami “nervous breakdown” dan harusberbaring selama 6 bulan; tahun 1838 ingin menjadi pembicara badan legislatif, tetapi gagal; tahun 1840 ingin menjadi “elector”, tetapi gagal; tahun 1843 ingin menjadi anggota kongres, tetapi gagal; tahun 1846 berhasil menjadi anggota kongres; tahun 1848 tidak terpilih untuk yang kedua kalinya sebagai anggota kongres; tahun 1849 melamar sebagai walikota, tetapi ditolak; tahun 1854 ingin menjadi anggota senat amerika, tetapi gagal; tahun 1856 mencalonkan diri sebagai wakil presiden amerika, tetapi gagal karena ia hanya mendapat suara kurang dari 100; tahun 1858 Ingin menjadi anggota Senat Amerika lagi,tetapi kalah; tahun 1860 Terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat

Langkah 2. Akuilah kegagalan anda dan bersedialah untuk bangkit kembali. Billy Lim menulis sebuah buku yang sangat popular di Malaysia, judulnya Dare to Fail. Dalam buku tersebut ia mencantumkan sebuah survey yang menyatakan bahwa dibutuhkan rata-rata 240 kali proses jatuh bangun dari seorang bayi, sebelum ia mampu berjalan. Menurut anda, ketika bayi itu jatuh, apakah ia akan menyalahkan orang tuanya karena kurang membimbingnya, atau menyalahkan lantai karena licin? O, tidak, para bayi belum bisa berpikir sejauh itu. Bahkan mereka menikmati sekali proses jatuh bangun itu. Mereka tanpa berpikir lama akan bangkit lagi dengan tersenyum dan semangat. Mereka bangkit dan berusaha mencoba sekali lagi, sekali lagi, dan sekali lagi. Sampai kapan? Sampai mereka bisa berjalan.

Langkah 3. Patahkan rintangan-rintangan yang menghambat Saudara untuk bangkit dan maju. Rintangan yang akan menghambat Saudara untuk maju datang dalam dua bentuk yaitu: pikiran negatif dan pengalaman traumatis masa lalu. Pertama, kita harus mengendalikan pikiran-pikiran kita. Kita perlu mengalahkan pikiran-pikiran negatif dan mengizinkan pikiran-pikiran positif mengendalikan kita. Isi terus menerus pikiran-pikiran kita dengan hal-hal positif (Filipi 4:7-8). Ingat, perkataan dan tindakan-tindakan kita mencerminkan keadaan hati dan pikiran-pikiran kita (Amsal 18:21; Bilangan 13 dan 14). Kedua, kita perlu membereskan pengalaman traumatis masa lalu dengan menerima pengalaman itu sebagai bagian dari hidup kita. Kita juga harus belajar mengampuni orang-orang yang telah melukai dan menyakiti kita (Pengalaman Yusuf sebagai contoh). Ingatlah, jika anda terlalu banyak menoleh kebelakang, anda akan segera kehilangan arah. Jika anda anda hanya memerlukan kaca spion, tanpa harus menoleh kebelakang. Artinya, anda perlu mengambil pelajaran utama dari pengalaman dan kepahitan masa lalu dan membuang semua rinciannya, termasuk kepahitan, kemarahan, dan kekecewaan.

Langkah 4. Tetaplah percaya pada Tuhan. Ketika Saudara tidak memiliki apapun, selain Tuhan, itu cukup bagi Saudara, karena memang hanya Dia yang kita perlukan! Saudara akan selalu mengalami kesulitan jika berusaha mengatasi masalah hidup tanpa Tuhan. Carilah Dia dengan segenap hati. Hizkia, pada saat dikepung oleh Sanherib raja Asyur berkata kepada segenap umat Israel di Yerusalem "Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia. Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita." Oleh kata-kata Hizkia, raja Yehuda itu, rakyat mendapat kepercayaannya kembali” (2 Tawarikh 32:7-8).

Keberhasilan Yusuf lebih ditentukan oleh posisinya di hadapan Tuhan. Karena posisi hidupnya berada dalam penyertaan Tuhan, dimana pun ia berada ia selalu berhasil. Sebaliknya, apabila posis hidupnya berada diluar penyertaan Tuhan, tentu ia tidak dapat berharap Tuhan akan membuat hidupnya berhasil. Bagi orang yang tidak beriman, lokasi atau tempat merupakan penentu keberhasilan. Karena itu, tidak ada jaminan bagi yang bersangkutan untuk dapat mengalami keberhasilan dalam segala keadaan. Namun, bagi orang beriman, karena ia berada dalam Tuhan yang menentukan keberhasilan, ia memiliki jaminan keberhasilan. Kejadian 39:2 “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu”.