Adakah Makna Paskah Telah Kehilangan Arah?

Oleh: Yon Maryono

Perayaan Paskah telah berlalu bersama waktu. Sederetan acara dalam liturgi dan perayaan Paskah, dimulai dari Penderitaan, Kematian dan Kebangkitan Yesus Kristus, kelihatan sedemikian pentingnya. Liturgy didasarkan bacaan Alkitab yang bersumber dari leksionary telah dipersiapkan 5 pekan berturut-turut. Rangkaian proses liturgi disertai drama tentang jalan salib, dan kotbah tentang pengalaman Maria telah melihat Tuhan, adalah bagian dari prosesi yang diharapkan mampu menggugah jemaat terhadap peristiwa kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Demikian pula kotbah dan perayaan di bebeapa denominasi Gereja tidak kalah meriahnya. Kotbah Paskah selalu mengingatkan anak-anak Allah tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus serta menerima tubuh dan darah-Nya, sehingga mereka kembali pada cara hidup yang kudus dan selalu siap diutus berbagi hidup bagi dunia.

Paskah baru berlalu. Pesan tinggallah pesan. Komitmen maju selangkah untuk hidup dalam kebenaran Tuhan seolah-olah hanya dalam ucapan. Pesan dalam peringatan itu menjadi tidak bermakna, seperti acara musiman, yang hilang bersama berakhirnya masa perayaan. Kita kembali hidup dalam kesibukan, pergumulan dan rutinitas hidup yang sering kita kehilangan arah sedang menuju kemana. Tidaklah heran, kemerosotan moral, kriminalitas, korupsi dan kejahatan lainnya tetap terjadi, bahkan semakin meningkat. Bila kita perhatikan, justru sebagian dilakukan oleh mereka yang dididik dan dibesarkan dilingkungan Kristen. Bandingkan bila seseorang mencibir, dalam suatu dialog, ada peserta mempertanyakan mengapa semakin banyak orang menunaikan ibadah haji di tempat suci, tetapi korupsi terus meningkat! Jangan-jangan inti persoalannya sama, aktivitas keagamaan semua itu hanya rutinitas atau kewajiban yang tidak menuntut komitmen perubahan hidup dalam kebenaran Tuhan.

Segala bentuk kejahatan yang terjadi membuktikan bahwa pengalaman Maria 2000 tahun yang lalu, melihat kebangkitan Tuhan Yesus (Yoh. 20:18) adalah pengalaman iman pribadi Maria. Karena, iman percaya yang dipancarkan dalam perubahan hidup Maria telah memampukan ia melihat Tuhan. Maria memahami dan menemukan kebenaran bahwa perubahan hidup baru dalam Yesus mempunyai pengharapan yang tidak akan pernah sia-sia. Di sinilah, saya sendiri merenung bahwa merayakan Paskah tanpa perubahan hidup, itulah yang menyebabkan Paskah hanya sekedar serimonial belaka, atau perayaan rutin dari tahun ke tahun diperingati tanpa makna. Saya dapat buta atau kehilangan arah sehingga walaupun mengaku Kristen, kemungkinan melihat Tuhan seperti pengalaman iman Maria patut dipertanyakan.

Kiranya Tuhan memampukan kita semua untuk tidak kehilangan arah.